Scroll Top

7 Faktor yang Mengubah Makanan Halal Jadi Haram

halal dan haram
Halal dan haram. Sumber foto: istockphoto/@All_About_Najmi.

Sebagai umat Muslim, kita sering mendengar istilah halal dan haram, terutama terkait makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari.

Namun, apakah kamu sudah benar-benar memahami makna dan batasan dari kedua istilah ini? Memahami halal dan haram bukan hanya soal aturan, tetapi juga kunci utama menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan agama.

Artikel ini akan membahas secara lengkap dan mudah dipahami tentang apa itu halal dan haram, serta faktor-faktor yang dapat membuat makanan halal menjadi haram.

Dengan penjelasan yang santai namun informatif, kamu akan lebih yakin dalam memilih dan menjalankan gaya hidup sesuai syariat Islam. Yuk Eksporior, simak artikel berikut!

Apa itu Halal dan Haram?

Dalam bahasa Arab, halal berarti “diperbolehkan” atau “diizinkan”, sedangkan haram berarti “dilarang” atau “terlarang”. Dalam konteks syariat Islam, halal adalah segala sesuatu yang diperbolehkan untuk dilakukan, dikonsumsi, atau dimiliki tanpa mendatangkan dosa.

Sebaliknya, haram adalah segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, yang jika dilakukan akan membawa dosa dan hukuman di dunia maupun akhirat.

Contoh makanan halal meliputi daging sapi, ayam, ikan, buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu yang disembelih atau diproses sesuai aturan Islam.

Sedangkan makanan haram mencakup babi, darah, bangkai, hewan yang tidak disembelih sesuai syariat, serta minuman keras.

Hal ini berdasarkan ayat Al-Qur’an, misalnya QS Al-Baqarah ayat 168 yang memerintahkan untuk makan makanan yang halal dan baik, serta QS Al-Maidah ayat 3 yang melarang memakan bangkai, darah, babi, dan hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah.

Memahami perbedaan ini sangat penting agar kita selalu menjaga diri dari hal-hal yang dilarang dan mendapatkan keberkahan dalam setiap aktivitas, terutama dalam hal konsumsi makanan dan minuman.

7 Faktor Makanan Halal Menjadi Haram

Makanan yang awalnya halal bisa berubah menjadi haram jika tidak memenuhi syarat tertentu. Berikut beberapa faktor utama yang menyebabkan hal tersebut:

1. Cara Penyembelihan Tidak Sesuai Syariat

Salah satu syarat makanan halal adalah hewan harus disembelih dengan menyebut nama Allah dan menggunakan metode yang benar.

Jika hewan disembelih tanpa menyebut nama Allah atau dengan cara yang tidak sesuai, maka dagingnya menjadi haram untuk dikonsumsi.

Hal ini sesuai firman Allah dalam QS Al-Maidah ayat 3 yang melarang memakan hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, serta hewan yang mati karena dicekik, dipukul, atau sebab lain selain disembelih secara syar’i.

Oleh karena itu, penyembelihan harus dilakukan dengan adab dan tata cara yang benar agar daging tetap halal.

2. Kontaminasi dengan Bahan Haram

Makanan yang halal bisa menjadi haram jika tercampur dengan bahan haram seperti darah, babi, atau bahan lain yang dilarang. Contohnya, makanan yang dicampur gelatin babi, alkohol, atau produk yang menggunakan peralatan yang sama dengan bahan haram tanpa pembersihan memadai.

Bahkan jika hanya sedikit tercemar, hukum makanan tersebut berubah menjadi haram karena prinsip bahwa jika halal dan haram bercampur maka yang haram yang dominan.

Oleh sebab itu, menjaga kebersihan alat dan bahan sangat penting dalam proses pengolahan makanan halal.

3. Makanan yang Menjadi Bangkai

Jika hewan mati bukan karena disembelih sesuai syariat, misalnya mati karena sakit, kecelakaan, atau sebab alami lainnya, maka dagingnya dianggap bangkai dan haram untuk dimakan.

Bangkai termasuk kategori makanan yang diharamkan dalam Islam karena tidak melalui proses penyembelihan yang benar dan bisa membahayakan kesehatan.

Namun, ada pengecualian seperti ikan dan belalang yang bangkainya tetap halal, selama tidak tercemar zat berbahaya. Selain itu, makanan yang tercemar racun atau bahan berbahaya juga bisa berubah status menjadi haram karena membahayakan tubuh.

4. Pengolahan dan Penyimpanan yang Tidak Higienis

Meskipun bukan faktor utama yang secara langsung mengubah status halal menjadi haram, pengolahan dan penyimpanan yang tidak higienis dapat menyebabkan makanan menjadi tidak layak konsumsi dan berbahaya bagi kesehatan.

Islam mengajarkan prinsip halalan thayyiban yang berarti makanan tidak hanya halal secara hukum, tetapi juga baik dan sehat.

Makanan yang sudah basi, busuk, atau tercemar kuman dan racun tidak boleh dikonsumsi karena dapat membahayakan jiwa, sehingga secara syariat menjadi haram untuk dimakan.

Oleh karena itu, menjaga kualitas, kebersihan, dan kesegaran makanan sangat penting.

5. Cara Memperolehnya (Haram Sababi)

Selain faktor fisik makanan, cara memperoleh makanan juga mempengaruhi status kehalalannya. Makanan yang diperoleh dari sumber yang haram, seperti hasil pencurian, korupsi, riba, atau aktivitas ilegal lainnya, meskipun makanan itu sendiri halal, maka menjadi haram untuk dikonsumsi.

Ini disebut haram sababi karena status haramnya disebabkan oleh cara memperoleh yang tidak sesuai syariat. Rasulullah SAW menekankan pentingnya mencari rezeki yang halal agar makanan yang dikonsumsi benar-benar membawa keberkahan.

6. Konsep Syubhat (Keraguan)

Dalam memilih makanan, jika ada keraguan tentang kehalalannya, Islam menganjurkan untuk menghindari makanan tersebut agar tidak jatuh dalam hal yang haram.

Prinsip ini menjaga umat Muslim agar tidak mengonsumsi sesuatu yang meragukan statusnya dan tetap menjaga kesucian diri sesuai tuntunan agama.

7. Pentingnya Sertifikasi Halal

Karena berbagai faktor yang dapat menyebabkan makanan halal menjadi haram, sertifikasi halal menjadi sangat penting sebagai jaminan bahwa makanan dan produk telah melewati proses yang sesuai syariat Islam.

Sertifikat halal membantu konsumen memilih produk dengan lebih mudah dan yakin, sekaligus memberikan perlindungan dari risiko mengonsumsi makanan yang tidak sesuai aturan agama.

Oleh sebab itu, konsumen Muslim dianjurkan untuk selalu mencari label halal resmi dari lembaga yang terpercaya.

Dengan memahami faktor-faktor tersebut, diharapkan umat Muslim dapat lebih cermat dan berhati-hati dalam memilih makanan yang hendak dikonsumsi agar tetap sesuai dengan prinsip halal dan thayyib dalam Islam.

Yuk, Waktunya sertfikasi halal!

Nah, bagi kamu yang menjalankan usaha bidang kuliner, sangat penting untuk memperhatikan standar serta faktor-faktor yang memengaruhi proses kehalalan produk. Dengan memastikan produk kamu sesuai standar halal, kepercayaan konsumen akan meningkat, sehingga produk kamu lebih mudah diterima di berbagai pasar.

Yuk, ikuti pelatihan sertifikasi halal dan pastikan kuliner yang kamu jual sudah bersertifikasi! Jika butuh bantuan dalam prosesnya, Sa’adah Global siap membantu. Mereka adalah perusahaan di bawah ekosistem ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia).

Dengan berkolaborasi bersama Sa’adah Global, kamu bisa mendapatkan pendampingan dan pengurusan sertifikasi halal. Untuk informasi lebih lanjut, Eksporior bisa menghubungi admin di sini!

 

Leave a comment