
Kerupuk kriting bukan hanya sekadar pelengkap makanan. Dengan bentuknya yang khas seperti spiral atau berlekuk-lekuk, kerupuk ini sudah lama menjadi bagian penting dari budaya kuliner Indonesia.
Rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah menjadikan kerupuk kriting digemari oleh berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Setiap kali perayaan 17 Agustus tiba, kerupuk kriting seolah menjadi “pemeran utama” dalam berbagai lomba rakyat. Tradisi lomba makan kerupuk yang digantung dengan tali bukan hanya lucu dan menghibur, tetapi juga menjadi simbol dari semangat perjuangan dan kebersamaan.
Namun, lebih dari itu, kerupuk kriting sebenarnya menyimpan potensi ekonomi yang cukup besar. Dengan strategi pemasaran yang tepat, kerupuk ini bahkan bisa menembus pasar internasional sebagai salah satu ikon kuliner Indonesia.
Yuk Eksporior, kita bahas lebih dalam mengapa kerupuk kriting begitu spesial dan bagaimana peluang ekspornya ke luar negeri.
Kenapa Kerupuk Kriting Sering Muncul Saat 17 Agustus?
Setiap perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, salah satu kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat adalah lomba makan kerupuk. Di sinilah kerupuk kriting sering muncul dan menjadi sorotan utama. Tapi mengapa harus kerupuk kriting?
1. Bentuknya yang Ikonik dan Mudah Digantung
Kerupuk kriting memiliki bentuk bulat, berongga, dan bertekstur spiral yang unik. Rongga-rongganya membuat kerupuk ini mudah diikat pada seutas tali dan digantung di batang bambu atau benang rafia.
Hal ini sangat ideal untuk lomba makan kerupuk, di mana peserta harus menghabiskan kerupuk tanpa bantuan tangan, sambil berdiri, menengadah, dan bahkan berjuang melawan angin yang menggoyangkan kerupuk tersebut.
Bentuknya yang ringan dan lebar juga menambah keseruan dalam lomba. Kerupuk akan terus bergerak, membuat peserta harus fokus dan sabar, serta menimbulkan tawa dari para penonton yang menyaksikan aksi lucu mereka.
2. Simbol Kesederhanaan dan Kebersamaan
Kerupuk adalah simbol kuliner rakyat. Bukan makanan mahal, bukan pula makanan mewah. Namun justru dalam kesederhanaannya, kerupuk menjadi representasi dari kehidupan masyarakat Indonesia yang bersahaja. Dalam momen 17 Agustus, penggunaan kerupuk dalam lomba menjadi penegas nilai-nilai kebersamaan, sportivitas, dan gotong royong.
Lomba makan kerupuk biasanya dilakukan bersama anak-anak, remaja, hingga orang tua, semua berkumpul tanpa memandang status sosial. Nilai kebersamaan inilah yang membuat kerupuk kriting begitu melekat dalam semangat kemerdekaan.
3. Produk Lokal UMKM
Kerupuk kriting umumnya diproduksi oleh industri rumahan atau UMKM yang tersebar di berbagai daerah, seperti Cirebon, Sidoarjo, dan Indramayu. Setiap menjelang bulan Agustus, permintaan kerupuk melonjak drastis. Sekolah, RT/RW, komunitas, hingga instansi pemerintahan memesan dalam jumlah besar untuk keperluan lomba maupun konsumsi.
Lonjakan permintaan ini memberikan dampak ekonomi langsung kepada pelaku usaha lokal. Mereka bisa memperoleh penghasilan tambahan, membuka lapangan kerja sementara, dan memperluas jaringan distribusi. Artinya, selain sebagai simbol tradisi, kerupuk kriting juga turut menggerakkan roda ekonomi masyarakat kecil.
4. Nostalgia dan Tradisi
Lomba makan kerupuk adalah bagian tak terpisahkan dari masa kecil banyak orang Indonesia. Setiap kali melihat kerupuk digantung, kenangan tentang tawa riang di lapangan, wajah berbedak, dan bendera merah putih berkibar langsung menyeruak di benak.
Kerupuk kriting bukan sekadar makanan. Ia adalah simbol dari masa lalu yang menyenangkan—dari kenangan sederhana yang membentuk semangat nasionalisme sejak dini. Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun dan menjadi bagian dari identitas nasional yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Dengan semua nilai tersebut. Baik secara visual, budaya, maupun sosial. kerupuk kriting lebih dari sekadar camilan. Ia adalah simbol budaya yang hidup, selalu hadir menyemarakkan hari kemerdekaan, sekaligus mendekatkan masyarakat lewat tawa, kebersamaan, dan kenangan.
Dan yang mengejutkan, ternyata kerupuk kriting juga berpotensi ekspor lho. Dengan kualitas yang terus ditingkatkan dan cerita budaya yang kuat, kerupuk ini berpeluang besar untuk dikenal dan dinikmati di pasar internasional.
Dari Lomba Rakyat ke Pasar Dunia
Di balik peran tradisionalnya, kerupuk kriting dan berbagai jenis kerupuk lainnya ternyata memiliki potensi ekonomi yang besar, terutama di pasar internasional.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren ekspor makanan ringan asal Indonesia terus mengalami peningkatan, dan produk perkerupuk-an mulai menarik perhatian banyak negara.
Di lansir dari Kompasiana.co, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, kerupuk menyumbang nilai ekspor hingga US$37,77 juta, angka yang menunjukkan tingginya permintaan pasar global terhadap produk ini.
Beberapa negara yang menunjukkan minat tinggi terhadap impor kerupuk cemilan dari indonesia indonesia. Berikut dikutiip dari Jatimtimes.com, antara lain Korea Selatan, Belanda, China, Malaysia, Inggris, Amerika Serikat, Singapura, dan Taiwan. Umumnya, kerupuk diekspor dalam kondisi kering agar lebih tahan lama selama proses pengiriman dan tetap terjaga kualitasnya saat sampai di negara tujuan.
Dengan rasa khas dan dukungan pasar global yang terus berkembang, kerupuk Indonesia memiliki peluang besar untuk mendunia, membawa cita rasa lokal menembus pasar internasional dan turut memperkuat posisi produk asli nusantara.
Yuk, jadikan kerupuk kriting lokalmu mendunia!
Kerupuk kriting bukan sekadar camilan. Ia adalah bagian dari identitas budaya Indonesia yang telah melekat kuat di tengah masyarakat, terutama saat perayaan Hari Kemerdekaan.
Lomba makan kerupuk yang penuh tawa dan semangat kebersamaan menjadi bukti bahwa makanan sederhana pun dapat menyatukan banyak orang dan memiliki makna yang mendalam.
Dari sisi bisnis, kerupuk kriting menyimpan potensi besar sebagai produk camilan yang layak menembus pasar ekspor. Bagi pelaku usaha di bidang makanan ringan, khususnya kerupuk, ini merupakan peluang emas untuk memperkenalkan produk ke pasar internasional dan meningkatkan daya saing di kancah global. kalau kamu bingung mulai dari mana dulu, jangan khawatir!
Jika komoditasnya sudah ada dan ingin ekspor, Eksporior tidak perlu bingung karena saat ini sudah ada program Digiexport yang dipersembahkan AeXI, bagian dari ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia).
Sebagai informasi, Digiexport adalah program yang bisa membantu nelayan, UKM, dan petani untuk memasarkan produknya di pasar internasional. Maka dari itu, program ini dapat membantu para pengusaha UKM bisa ekspor.
Nah, kalau kamu tertarik mendaftar Digiexport, maka bisa diawali dengan klik banner di bawah ini!