
Sumber foto: istockphoto/@Peerajit.
Ekspor paha kodok kini jadi salah satu topik paling hangat di dunia ekspor Indonesia. Bukan cuma soal keunikannya, tapi karena komoditas ini diam-diam berhasil menembus pasar Eropa yang terkenal ketat.
Banyak orang Indonesia sendiri yang baru tahu bahwa paha kodok ternyata laku keras di luar negeri dan bukan main-main, permintaannya justru terus meningkat. Di media sosial, respons publik pun rame.
Ada yang geli, ada yang bangga, ada juga yang geleng-geleng kepala. Tapi di balik semua reaksi itu, ada satu hal yang pasti: kodok dari sawah-sawah Indonesia berhasil bikin dunia melirik. Bahkan menurut data ekspor terbaru, permintaan terhadap daging kodok terus bertumbuh, terutama dari negara-negara seperti Prancis, Belgia, dan Belanda.
Menurut siaran tertulis Tempo.co, ekspor paha kodok ini mencerminkan komitmen dalam menjaga kualitas produk lokal dan memperluas akses pasar global, serta memberikan kontribusi ekonomi langsung bagi daerah.
Kenapa Paha Kodok Bisa Laku di Eropa?
Buat masyarakat Indonesia, daging kodok mungkin belum umum. Tapi di negara seperti Prancis, Belgia, dan Belanda, ekspor paha kodok justru sangat dihargai sebagai makanan delicacy artinya makanan mewah dan eksklusif. Di restoran-restoran Eropa, paha kodok disajikan seperti kita menyajikan steak.
Alasannya? Dagingnya punya rasa mirip ayam, tapi teksturnya lebih lembut dan juicy. Selain itu, paha kodok juga mengandung protein tinggi dan lemak yang sangat rendah, cocok buat gaya hidup sehat yang kini sedang naik daun di Barat.
Masih menurut Tempo.co, Melalui tindakan karantina, kami pastikan setiap produk yang dikirim adalah yang terbaik dan sesuai persyaratan.
Dari Sawah Indonesia ke Meja Makan Dunia
Paha kodok yang diekspor umumnya berasal dari daerah seperti Jawa Barat, Banten, dan sebagian wilayah di Lampung. Banyak dari kodok ini ditangkap dari alam liar, tapi sebagian juga berasal dari budidaya yang lebih terkontrol.
Prosesnya nggak main-main. Setelah ditangkap, kodok diproses secara higienis, dikuliti, dibekukan, dan dikemas sebelum dikirim ke luar negeri. Beberapa pelaku usaha yang terlibat berasal dari sektor UMKM, sementara lainnya sudah skala ekspor besar yang punya sertifikasi ekspor pangan beku.
Ekspor ini bukan cuma soal menjual daging, tapi soal menjaga standar kualitas yang sangat ketat. Negara-negara tujuan punya regulasi tinggi soal keamanan pangan, jadi produk harus lolos uji laboratorium, bersertifikat, dan memenuhi standar internasional.
Menurut Detiksumsel.com, Proses pengolahan dilakukan oleh eksportir yang telah memiliki sertifikasi resmi dan menerapkan Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP).
Negara Tujuan Utama Ekspor Paha Kodok
Pasar utama dari ekspor paha kodok Indonesia meliputi negara-negara Eropa Barat, terutama:
- Prancis – dikenal sebagai negara dengan konsumsi kodok tertinggi di Eropa.
- Belgia – banyak restoran fine dining menggunakan paha kodok sebagai menu eksklusif.
- Belanda – tren makanan eksotis meningkat pesat, termasuk konsumsi daging kodok.
Menurut Cnbcindonesia.com, dalam beberapa tahun terakhir, ekspor kodok dari Indonesia bisa mencapai ribuan ton per tahun. Nilai ekspornya pun terus meningkat, dengan pertumbuhan signifikan karena tren makanan rendah kalori dan ramah lingkungan di Eropa.
Permintaan terhadap daging eksotis seperti kodok dianggap sebagai bagian dari eksplorasi rasa baru dalam industri kuliner global. Indonesia pun jadi salah satu pemasok utama, bersaing dengan negara Asia lain seperti Vietnam dan India.
Respons Publik: Antara Heran, Bangga, dan Geleng-Geleng Kepala
Fenomena ekspor paha kodok memancing reaksi beragam di dalam negeri. Banyak yang belum tahu bahwa kodok ternyata bisa jadi peluang bisnis ekspor.
Di media sosial, topik ini viral sebagian menganggapnya lucu, sebagian menganggapnya aneh, dan sebagian lagi melihatnya sebagai peluang besar. Dari sisi budaya dan agama, ada sebagian masyarakat yang menganggap konsumsi kodok itu tabu.
Tapi di sisi lain, dari perspektif ekonomi, ini adalah komoditas yang justru menjanjikan dan belum banyak pesaingnya. Terutama karena kodok bukan bagian dari hewan ternak konvensional, dan habitatnya masih banyak tersedia di Indonesia.
Yang perlu diperhatikan adalah isu keberlanjutan. Kalau permintaan terus meningkat, Indonesia harus mulai mengatur sistem budidaya kodok yang berkelanjutan agar populasi di alam tidak terganggu.
Dengan manajemen yang tepat, ekspor ini bisa terus berkembang tanpa merusak ekosistem.
Baca juga artikel kami lainnya yang membahas komoditas ekspor: BACA DISINI!!!
Potensi Bisnis Pangan Eksotis ke Depan
Kesuksesan ekspor paha kodok bisa jadi inspirasi untuk melihat lebih luas potensi komoditas eksotis lain dari Indonesia. Kita punya banyak produk unik seperti:
- Belalang goreng dari Gunungkidul
- Keong sawah dari Kalimantan
- Jangkrik dari Jawa Tengah
- Ulat sagu dari Papua
Menurut Detik.com, Di negara kita mungkin dianggap ekstrem, tapi bagi beberapa negara justru menjadi kuliner yang dicari.
Pasar global terbuka untuk makanan yang dianggap ‘nyeleneh’ di Indonesia. Asal dikemas dengan baik, diproses secara higienis, dan punya sertifikasi resmi, dunia siap menyambut komoditas eksotis dari Nusantara.
Penting juga untuk meningkatkan edukasi pelaku usaha soal standardisasi kualitas, izin ekspor, dan pelabelan. Karena produk pangan seperti ini sangat tergantung pada kepercayaan konsumen luar negeri terhadap keamanan dan kebersihannya.
Kodok Bukan Cuma Lompat, Tapi Juga Bawa Rupiah
Ekspor pangan eksotis seperti kodok membuktikan bahwa Indonesia nggak harus selalu bergantung pada sawit, kopi, atau karet untuk bersaing di pasar dunia. Keberagaman hayati kita adalah kekayaan yang bisa diolah jadi peluang ekonomi nyata.
Paha kodok mungkin terlihat sederhana tapi di tangan yang tepat, ia bisa jadi komoditas bernilai tinggi. Dari sawah, ia lompat ke meja makan dunia. Dan siapa tahu, komoditas nyeleneh lain dari Indonesia bakal ikut menyusul.
Bagi kamu yang memiliki bisnis paha kodok berkualitas atau komoditas unggulan lainnya, inilah saatnya untuk merambah pasar ekspor.
Jika komoditasnya sudah ada dan ingin ekspor, Eksporior tidak perlu bingung karena saat ini sudah ada program Digiexport yang dipersembahkan AeXI, bagian dari ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia).
Sebagai informasi, Digiexport adalah program yang bisa membantu nelayan, UKM, dan petani untuk memasarkan produknya di pasar internasional. Maka dari itu, program ini dapat membantu para petani rempah-rempah untuk bisa diekspor.
Nah, kalau kamu tertarik mendaftar Digiexport, maka bisa diawali dengan klik banner di bawah ini!
