
Sumber: IStockphoto/@Moon Safari.
Bare Minimum Monday menjadi istilah baru yang relevan dengan keresahan banyak orang tentang hari Senin. Setelah menikmati akhir pekan dengan santai, tiba-tiba kita harus kembali ke rutinitas penuh tekanan. Baru bangun tidur saja sudah disambut notifikasi pekerjaan, deadline yang menunggu, dan meeting panjang yang kadang terasa tidak ada habisnya.
Banyak orang mengaku, rasa cemas di hari Senin bahkan sudah muncul sejak Minggu malam. Fenomena ini dikenal sebagai Sunday Scaries perasaan gelisah dan stres menjelang dimulainya minggu kerja baru. Akibatnya, Senin sering identik dengan hari penuh beban, hari yang menguras energi, bahkan hari yang membuat semangat kerja langsung drop di awal pekan.
Namun, belakangan muncul sebuah tren baru yang jadi solusi alternatif: Bare Minimum Monday. Konsep ini lahir dari keresahan anak muda terhadap budaya kerja yang menuntut produktivitas tanpa henti.
Bare Minimum Monday: Apa Itu dan Dari Mana Asalnya?
Istilah Bare Minimum Monday pertama kali diperkenalkan oleh Marisa Jo Mayes, seorang kreator konten dan entrepreneur asal Amerika Serikat. Melalui unggahan di media sosial, ia membagikan pengalamannya tentang rasa cemas berlebih setiap kali memasuki hari Senin.
Alih-alih memaksakan diri untuk langsung produktif, ia mencoba strategi baru: hanya fokus mengerjakan pekerjaan “bare minimum” atau seminimal mungkin di hari Senin. Hasilnya mengejutkan rasa stres berkurang, pikiran lebih tenang, dan produktivitas justru meningkat di hari-hari berikutnya.
Di kutip dari JakartaConsulting.com, Bare Minimum Monday bukan berarti bermalas-malasan atau menghindar dari tanggung jawab. Tujuan utamanya adalah agar pekerjaan dapat dilakukan lebih efisien dan cerdas.
Sejak saat itu, konsep ini viral di TikTok dan Instagram, terutama di kalangan generasi muda yang merasa relate dengan keresahan serupa.
Bare Minimum Monday: Bukan Malas, Tapi Strategi
Banyak orang awalnya salah paham. Mendengar kata bare minimum, kesannya seperti “kerja malas-malasan” atau “cari alasan biar gak produktif”. Padahal esensi Bare Minimum Monday jauh dari itu.
Konsep ini sebenarnya adalah strategi manajemen energi. Kita tidak mungkin selalu berada di level energi 100% setiap saat. Dengan memberi ruang di hari Senin untuk slow down, kita sedang menyiapkan diri agar tetap konsisten sepanjang minggu.
Bayangkan seperti pemanasan sebelum olahraga. Kalau langsung lari sprint tanpa persiapan, hasilnya bisa cedera. Begitu pula dengan kerja: tanpa transisi yang sehat, risiko burnout akan lebih besar.
Menurut BambooHR.com, Bare Minimum Monday bukan berarti bermalas-malasan atau menghindari tanggung jawab, melainkan cara untuk mengurangi stres dan menciptakan keseimbangan kerja yang lebih sehat.
Jadi, Bare Minimum Monday bukan excuse untuk rebahan seharian, tapi cara cerdas untuk bekerja sesuai kapasitas tubuh dan pikiran. Fokus pada hal-hal paling penting, lalu sisanya bisa ditunda ke hari berikutnya.
Bare Minimum Monday dan Generasi Muda
Kenapa tren ini begitu cepat diterima anak muda?
Pertama, generasi Z dan milenial tumbuh di era yang serba cepat. Informasi masuk tanpa henti, pekerjaan sering menuntut always on, dan persaingan karier semakin ketat. Dalam kondisi seperti ini, wajar jika banyak yang merasa kewalahan.
Kedua, anak muda makin sadar akan pentingnya kesehatan mental. Kalau dulu produktivitas selalu dipuja tanpa memikirkan dampaknya, kini semakin banyak orang menyadari bahwa work-life balance adalah hal yang tidak bisa ditawar.
Bare Minimum Monday hadir sebagai solusi sederhana tapi relevan. Dengan pendekatan ini, Senin tidak lagi jadi “hari mengerikan”, tapi bisa dijalani dengan ritme yang lebih manusiawi. Anak muda bisa tetap produktif, tapi dengan cara yang sehat.
Dampak Positif
Banyak testimoni menunjukkan bahwa penerapan Bare Minimum Monday membawa dampak positif, di antaranya:
- Mengurangi kecemasan di hari Minggu malam. Karena tahu Senin akan lebih ringan, pikiran jadi lebih tenang.
- Mencegah burnout. Energi tidak langsung habis di awal pekan.
- Meningkatkan fokus. Dengan prioritas yang jelas, pekerjaan jadi lebih terarah.
- Membangun konsistensi. Produktivitas bisa lebih stabil sepanjang minggu, bukan hanya di Senin saja.
- Mendorong kesehatan mental. Perasaan lebih rileks membuat suasana hati lebih positif.
Cara Praktis Menerapkan Bare Minimum Monday
Sekarang, bagaimana caranya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa bikin pekerjaan berantakan? Berikut beberapa langkah praktis:
- Pilih Maksimal 3 Tugas Prioritas
Alih-alih menumpuk to-do list, cukup pilih 2–3 hal paling penting. Misalnya, menyelesaikan laporan utama, membalas email krusial, atau menyiapkan bahan presentasi. Sisanya bisa dijadwalkan di hari berikutnya. - Hindari Meeting yang Tidak Perlu
Meeting sering jadi biang kerok stres di hari Senin. Jika memungkinkan, jadwalkan diskusi besar di hari Selasa atau Rabu. Senin sebaiknya jadi hari adaptasi, bukan hari maraton rapat. - Mulai Hari dengan Aktivitas Ringan
Awali Senin dengan sesuatu yang menenangkan: jalan pagi, meditasi, journaling, atau sekadar membuat kopi favorit sambil menulis to-do list. Aktivitas kecil ini bisa jadi ritual transisi sebelum masuk ke mode kerja penuh. - Gunakan Time Blocking
Atur jadwal kerja dengan blok waktu tertentu. Misalnya, 2 jam fokus kerja tanpa distraksi, lalu istirahat sebentar. Dengan begitu, pekerjaan tetap berjalan tanpa terasa menekan. - Beri Ruang untuk Kreativitas
Senin bisa jadi hari terbaik untuk brainstorming ide atau eksplorasi hal baru. Karena ritmenya lebih slow, pikiran lebih terbuka untuk hal kreatif. - Tetapkan Batas Waktu Kerja
Jangan biarkan Senin jadi hari yang “molor” sampai larut. Tetapkan jam selesai kerja, lalu benar-benar berhenti. Ini membantu menjaga keseimbangan energi.
Tantangan dalam Menerapkan Bare Minimum Monday
Tentu saja, tidak semua orang bisa langsung menerapkan konsep ini. Ada beberapa tantangan yang sering muncul:
- Budaya kerja perusahaan. Jika perusahaan menuntut rapat atau deadline ketat di hari Senin, mungkin perlu komunikasi lebih lanjut.
- Rasa bersalah. Banyak orang terbiasa mengukur nilai diri dari seberapa sibuk mereka. Mengurangi beban kerja bisa memunculkan rasa “malas” atau “tidak cukup”.
- Manajemen waktu. Jika tidak disiplin, pekerjaan bisa menumpuk di hari berikutnya.
Namun, tantangan ini bisa diatasi dengan komunikasi yang baik, perencanaan matang, dan mindset bahwa Bare Minimum Monday adalah strategi, bukan pelarian.
Produktivitas Itu Maraton, Bukan Sprint
Seperti halnya mengelola energi lewat Bare Minimum Monday, menyiapkan diri menghadapi dunia kerja juga butuh langkah cerdas. Kuncinya bukan bekerja lebih keras, tapi bekerja lebih pintar dengan skill yang tepat.
Itulah kenapa penting untuk terus mengasah future skills, supaya kamu siap menghadapi tantangan dan tetap unggul di era kerja yang terus berubah.
Tenang, jangan khawatir. Kamu bisa memaksimalkan skill kamu untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja yang penuh dengan tantangan, kamu bisa mengikuti pelatihan hingga mendapatkan sertifikasi di GeTI Incubator, bagian dari ExportHub.id (milik PT Usaha Dagang Indonesia).
Butuh informasi lebih lanjut tentang pelatihan dan sertifikasi kompetensi di GeTI Incubator? Klik banner di bawah!