
Sumber: IStockphoto/@Thapana Onphalai.
Social Listening kini jadi strategi andalan brand besar untuk memahami konsumennya. Di era digital, obrolan konsumen nggak lagi terbatas pada lingkaran kecil atau forum offline, melainkan sudah menyebar luas di media sosial, blog, hingga kolom komentar marketplace.
Setiap cuitan, ulasan, dan diskusi daring punya potensi besar untuk membentuk persepsi publik terhadap sebuah brand. Inilah alasan mengapa perusahaan raksasa tidak hanya bicara, tapi juga mendengarkan dengan cermat.
Mengenal Konsep Social Listening
Secara sederhana, Social Listening adalah praktik memantau percakapan online tentang brand, industri, atau topik tertentu, lalu menganalisisnya untuk menemukan pola, tren, dan sentimen konsumen. Bedanya dengan social monitoring yang lebih fokus pada angka seperti jumlah likes, share, atau mention, Social Listening menggali makna di balik percakapan itu.
Misalnya, ketika ada banyak keluhan tentang aplikasi belanja online yang sering error di jam tertentu, monitoring hanya akan mencatat jumlah komplain. Tapi dengan mendengarkan lebih dalam, perusahaan bisa menemukan penyebab utama, apakah karena lonjakan traffic, bug sistem, atau alur pembayaran yang terlalu rumit.
Dengan insight ini, solusi bisa segera dirancang, dan masalah tidak berkembang menjadi krisis besar. Dikutip dari artikel Sonarplatform.com, dalam era komunikasi digital yang terus berkembang, social listening merupakan tool yang dinamis dan sangat diperlukan oleh bisnis yang ingin memahami, terhubung, dan melayani audiens mereka secara efektif.
Mengapa Brand Mengandalkan Strategi Ini?
Ada beberapa alasan mengapa Social Listening jadi prioritas dalam strategi komunikasi dan pemasaran modern.
- Menangkap Tren Lebih Cepat
Dunia digital bergerak cepat. Ketika minuman boba atau es kopi susu viral, brand yang tanggap langsung menghadirkan produk serupa. Mereka tahu tren ini bukan sekadar hype sesaat karena sudah membaca percakapan konsumen. - Mencegah Krisis Reputasi
Isu kecil bisa meledak jadi kontroversi nasional jika tidak ditangani. Dengan mendengarkan sejak dini, brand bisa segera memberi klarifikasi atau meminta maaf sebelum reputasi mereka rusak parah. - Engagement yang Lebih Relevan
Konsumen suka ketika brand nyambung dengan bahasa mereka. Banyak brand fast food atau e-commerce di Indonesia ikut nimbrung di meme Twitter, yang ternyata hasil dari mereka aktif memantau percakapan netizen. - Sumber Inovasi Produk
Banyak fitur atau layanan baru lahir dari masukan konsumen. Contoh paling sederhana adalah dark mode di aplikasi, yang muncul karena banyak pengguna mengeluh soal mata lelah di forum online.
Menurut artikel Ivosights.com, social listening bukan hanya soal mendengar, tapi memahami emosi publik agar brand bisa menjaga reputasi, menemukan ide baru, dan tetap relevan.
Contoh Nyata Penerapan Social Listening
Brand besar biasanya menggunakan tools canggih seperti Brandwatch, Talkwalker, atau Sprout Social. Tools ini mampu memproses jutaan percakapan daring, menilai sentimen positif maupun negatif, hingga memetakan topik yang sedang tren.
Di Indonesia, contoh sukses bisa dilihat dari McDonald’s yang beberapa kali meluncurkan menu kolaborasi setelah tren makanan viral ramai dibicarakan netizen. Karena mendengar apa yang sedang hype, mereka bisa cepat merespons dan hasilnya menu baru langsung diserbu. Gojek juga kerap memanfaatkan insight percakapan untuk menyesuaikan strategi promosi ketika banyak pengguna membicarakan tarif atau pengalaman layanan.
Tips Praktis untuk UMKM
Meski terdengar canggih, Social Listening tidak hanya bisa dilakukan brand besar. UMKM pun bisa memulainya dengan cara sederhana dan biaya minim:
- Gunakan fitur pencarian di Twitter/X untuk memantau kata kunci terkait produk atau brand.
- Ikuti hashtag populer di Instagram dan TikTok untuk melihat tren yang sedang ramai.
- Manfaatkan tools gratis seperti Google Alerts atau Mention untuk melacak berita atau percakapan seputar brand.
- Catat pola dari komentar pelanggan di marketplace, review Google, atau ulasan aplikasi.
Dengan konsistensi, UMKM bisa menemukan insight berharga: apa yang paling disukai pelanggan, keluhan apa yang sering muncul, hingga ide produk baru yang layak dicoba.
Yuk Terapkan Social Listening di Bisnismu!
Di tengah derasnya arus informasi digital, Social Listening adalah langkah cerdas bagi brand untuk tetap relevan. Bukan hanya sekadar menghitung likes atau komentar, tapi benar-benar mendengar suara konsumen, memahami tren, lalu merespons dengan tepat.
Jika brand besar memanfaatkan strategi ini untuk menjaga reputasi sekaligus menangkap peluang, UMKM pun bisa melangkah dengan cara yang lebih sederhana. Pada akhirnya, mendengarkan konsumen bukan hanya kunci hubungan yang kuat, tapi juga fondasi pertumbuhan bisnis di era digital.
Nah, kalau kamu ingin memaksimalkan strategi digital sekaligus meningkatkan penjualan online, DEI siap membantu. Sebagai bagian dari ekosistem ExportHub.id, DEI didukung tim ahli dan fasilitas lengkap, termasuk layanan live streaming untuk mendorong penjualan produkmu di e-commerce.
Dengan dukungan DEI, kamu nggak perlu lagi bingung bagaimana cara menjangkau dan terhubung dengan konsumen. Semua bisa lebih mudah dan efektif.
Yuk, mulai langkahnya sekarang dengan menghubungi admin lewat banner di bawah ini!